21/01/2014

Aktualisasi Diri Dalam Prasasti

Sesaat Anda membaca kalimat ini, 700 post FB telah ditulis, 600 Tweet dan post Tumblr tertulis, serta 34.000 pencarian Google dilakukan. Manusia bumi menulis suatu hal dan menyimpannya dalam dunia maya dipertontonkan pada berjuta pasang mata potensial, bersama jutaan tulisan lainnya saling berebut hak baca para penguntit maya. Menulis adalah perilaku manusia untuk mengabadikan ide dan hal-hal mengenai dirinya. Baik itu luapan emosi, pemikiran dan aspirasi. Sejak kecil kita diajari untuk menulis, selain membaca dan berhitung. Namun saya sendiri kehilangan sentuhan menulis tangan, karena jemari saya lebih akrab pada tuts keyboard dibanding memeluk erat pena. Apakah menulis hanya sekedar mengkodifikasi pemikiran dalam jerat aksara ? Atau menulis adalah sebuah kebutuhan manusia ?

Dalam teori hierarki Maslow, manusia memiliki tingkatan dalam kebutuhan pribadinya. Tingkat kebutuhan ini dapat kita amati pada bentuk tulisan yang berkeliaran sepanjang mata memandang layar di dunia maya.
Dua tingkatan terbawah,tidak kita telusuri. Mulai dari tingkatan ketiga, jejaring sosial dapat memenuhi kebutuhan akan pertemanan. Tapi tidak berhenti disitu, orang butuh dihargai dan diakui. Maka pada tingkatan keempat harga diri, orang mulai menulis di jejaring sosial, blog, tumblr, komentar dll, untuk mendapat pengakuan dan rasa percaya diri. Kadangkala juga dalam bentuk curhat, karena di titik itu orang ingin mendapat perhatian atau membuang perasaan. Pada tingkatan kelima, aktualisasi diri, tulisan berwujud pada bentuk 'karya kreativitas'. Tidak hanya sekedar curhat dan mendapat pengakuan, tapi mengaktualisasikan diri dalam karya. Ya, itu pemetaan kebutuhan manusia menulis di masa-masa ini. Meskipun tingkat 4 dan 5, sering bolak-balik saja.

Sungguh sangat mudah sekali menulis pada zaman ini. Teringat dulu saya masih baca koran, internet belum masuk dalam kotak 'warung'. Seorang menulis di koran, menulis buku, menerbitkan kumpulan tulisan adalah sebuah kemewahan dalam aktualisasi diri. Saat mesin cetak ditemukan, koran dan buku adalah 'gadget' yang mencuri perhatian pada masanya. Manusia hanyut dalam tulisan dan keinginan menulis untuk dibaca. Tarik lagi ke belakang, saat manusia menemukan kertas, itu sangat mempermudah media tulis, tidak lagi di pelepah daun atau kulit hewan. Orang yang dapat menulis pun, dikategorikan memiliki barang mewah, karena sumber daya yang sulit didapat sebagai media tulis.

Bahkan pada era Mpu Panuluh, Mpu Prapanca dkk, menulis pada serat daun jati adalah ensiklopedia dan novel terlaris pada masanya. Terus ke belakang, Mulawarman bersaudara bahkan menulis kenangan hidupnya pada sebuah batu, yang kita sebut prasasti. Sungguh, untuk ngeksis saja zaman dahulu sulit sekali. Harus mencari batu dan digrafir di atasnya. Sedangkan pada peradaban Firaun unta mesir, aksara masih berbentuk gambar. Mereka ingin diakui dengan membuat Piramida dan diisi tulisan didalamnya. Padahal isinya mungkin cuma resep membuat balsam dan cerita romansa cleopatra cs. Leluhurnya, Homo Erectus mungkin mengawali bioskop rumahan pada gambar di goa-goa. Mereka sebenarnya menulis diary hidupnya yang gagal menangkap babi hutan purba. Menulis adalah upaya komunikasi mereka (yang terdahulu) kepada kita (yang kekinian), bahwa "Gue ada lho". Selain menyampaikan ilmu dan kabar mereka untuk kita ketahui.

Bayangkan evolusi sebuah surat cinta saja. Masa ini sebuah kata-kata romantis dapat dikirimkan melalui SMS, blog dan update status untuk dapat dibaca saat itu juga oleh pujaan hati. Tetapi dahulu, harus 'disimpan' dalam tulisan yang membawa rasa melewati waktu tempuh yang tak sebentar. Bayangkan pada masa Anaxagoras mengirim surat cinta, harus dalam sebuah codex di batu. Sebait saja, sudah 1 kg, JNE pun kemahalan buat mengantarnya. Pun waktu tempuh tak sebentar. Apalagi pada masa sebelum itu, mungkin mereka hanya menitipkan rasa pada angin malam saja. Jadi yang katanya galau, LDR, coba bayangkan penderitaan mereka yang terdahulu, Anda tidak ada apa-apanya. Sebuah tulisan sederhana yang kita temui wajar adanya saat ini, adalah rangkaian evolusi kemudahan aktualisasi diri manusia. Saat ini Anda dapat dengan mudah mengaktualisasikan diri, tak perlu mahir menulis di atas batu.

Tulisan ini pun adalah wujud kebutuhan saya pada tingkat kelima. Bukan karena aktualisasi diri, tapi karena saya kurang kerjaan saja dan terlalu banyak pikiran. Salam kelingking !