28/11/2014

Sibuk Nyantai


Problematika manusia abad ini adalah banyak yang dikerjakan, tapi waktu kurang. Hidup tak cukup 24x7, sudah perlu lapor RT kalau lebih dari itu. Sibuk katanya, sibuk bekerja, sibuk mengurus organisasi, sibuk kuliah, sibuk lain-lain. Ada orang kerja, lupa makan. Ada juga yang makan, lupa kerja. Itu saking sibuknya. Bayangkan Anda lagi sibuk-sibuknya kerja mengejar karir, lupa anak sudah gede saja. Berangkat pagi dari Bekasi ke Jakarta, pulang-pulang anak sudah mau S3.

Diantara kesibukan tersebut, saya pernah memiliki pengalaman yang paling sibuk. Pengalaman sewaktu dari zaman TA yang terkulminasi dalam rentetan memori kognitif meluruh seiring waktu *(halah bahasamu nak). Lazim dijumpai pada mahasiswa semester ‘yang tak perlu disebut angkanya’, ketidakjelasan sedang mengerjakan apa. Dibilang sibuk, tapi TA tak beres. Dibilang tidak sibuk, tapi katanya lagi ngerjain TA. Sebuah anomali yang tidak dapat dijelaskan oleh pihak LIPI sewaktu saya konfirmasikan melalui M*tro TV atau TV On* yang kontradiktif. Ternyata stasiun TV ini memiliki standar kebenaran fakta yang berbeda. Mungkin mahasiswa tersebut sibuk mengerjakan hal lain, tapi apa ?

Hasilnya saya simpulkan, bahwa perilaku tersebut diakibatkan fenomena ‘sibuk nyantai’. Loh, nyantai kok sibuk ? Siapa bilang nyantai itu gak ada kerjaan ? Sesungguhnya dalam fasa santai itu terdapat kesibukan luar biasa nyata. Saat Anda santai, pikiran Anda tak berhenti bergerak menerawang, melamun, memikirkan fluktuasi ekonomi serta harga minyak dunia. Semata-mata menimbang berapa kenaikan beli nasi timbel di warung Bu Tatang. Saat Anda santai, Anda bisa saja main game sambil sms-an ke doi, sambil cek Facebook, sambil dengar musik, sambil makan. Bayangkan multi tasking yang Anda lakukan, sungguh diperlukan pembagian fokus yang handal.

Santai itu waktu istirahat, tapi justru lebih ‘produktif’. Bisa melakukan banyak hal, makanya santai itu juga sibuk. Saya pernah saking sibuknya santai menamatkan kitab Mahabharata dalam sehari, tidak perlu nunggu hari minggu marathon drama di A*TV. Padahal sambil TA harusnya. Prinsip pareto 80/20 ini juga berlaku pada sibuk santai. Kesibukan utama kita yang 80% itu justru kalah manfaatnya dibanding sibuk santai yang 20%. Alokasi 20% waktu itu malah membuat eskalasi pikiran yang luar biasa. Kadang-kadang, sibuk nyantai ini juga bersamaan dengan bentroknya jadwal, bentrok sama malas. Akhirnya jadwal yang lain harus mengalah.

Saya akhirnya tidak merasa ‘sibuk nyantai’ ini buruk, justru saya jadikan prinsip hidup. Disela-sela kesibukan, masih bisa Anda bawa santai. Disela-sela santai, Anda masih bisa produktif. Banyak contoh orang yang sibuk katanya, malah dia stress. Tak perlulah hal itu bray, bawa santai saja. Badai kesibukan pasti berlalu, tinggal kapal kalian hancur karena layar yang tegang atau bertahan dengan melonggar dan tahan goncangan. Jadi kalau ditanya sekarang sibuk apa ? Jawab ‘saya sibuk nyantai’. Salam sehat !