09/06/2010

Emosi dan Perempuan

Kutipan ini bukan bermaksud apa-apa, hanya sebagai bahan referensi dan mengenali diri. Maaf kalau menyinggung masalah gender atau sosial lainnya. Semoga bisa dipahami maksudnya dari berbagai sudut pandang agama,sosial,norma,dsb. No offense brother and sister.. v_(".")

"...Dalam otak manusia terdapat bagian yang disebut dengan sistem limbik, bagian pengatur hal-hal yang berkaitan dengan emosi, seperti mencintai, membenci, memaafkan, bersikap jujrdan adil, gembira, sedih, menggertak, mengerang, menunjukkan perasaan depresi, bersalah dan sebagainya. Keterikatan emosional tersebut dipengaruhi oleh mekanisme kimiawi.

Sistem limbik pada perempuan lebih besar daripada yang ada pada laki-laki. Sebab itulah wanita konon, lebih dominan sisi emosionalnya daripada rasionalnya jika dibanding laki-laki. Sebab itu pula, perempuan lebih cenderung mudah menderita secara kejiwaan daripada laki-laki. Sehingga menurut penelitian, jumlah perempuanyang berniat bunuh diri lebih banyak dari jumlah laki-laki. Namun, yang menarik bahwa jumlah laki-laki yang sukses melakukan bunuh diri 3 kali lebih besar dari jumlah perempuan. Dalam soal kekerasan, jumlah laki-laki lebih banyak daripada perempuan.

Maka, perlu hati-hati bagi perempuan, baik yang sudah menikah atau yang masih lajang. Jangan mudah menjalin hubungan dengan laki-laki untuk sekadar pelarian, sekadar karena tidak mendapat kepuasan dari kekasihnya dan untuk senang-senang. Tanpa komitmen, just for fun. Adanya sistem limbik yang lebih besar dalam diri perempuan membuatnya mudah terikat secara emosional. Bagi laki-laki, mudah saja menjalin hubungan atau memutuskannya apalagi sejak mula sudah ada garis bahwa hubungan itu hanya senang-senang. Si laki-laki mudah pergi tanpa perasaan apa-apa, sementara si perempuan telah terikat emosinya dan tak mudah memutus begitu saja. Lalu, si perempuan pun akan merana untuk sekian lama. Mungkin saja hal itu juga dapat terjadi pada laki-laki, tapi barangkali dengan kadar yang lebih sedikit daripada perempuan.
..."
(Jalaluddin Rakhmat : Tafsir Kebahagiaan, dirangkum secukupnya)