17/06/2012

Susahnya Memaafkan

Hey, pernahkah Anda sakit hati ? Diputus pacar, dibohongin pacar, ditolak pacar, dicuekin pacar ? Lho, kok ini pacar semua, ah dasar kalian anak muda. Bukan, begitu kisanak maksudnya. Sakit hati adalah banyak perkara yang menyebabkannya, apalagi hal-hal sensitif. Seringkali kita sakit hati karena ditipu orang, dikhianati orang. Dalam hal pekerjaan, organisasi dan jenis lainnya. Atau bahkan tanpa sebab, kita sakit hati. Ah nampaknya tidak mungkin, sakit hati pasti ada sebabnya. Dan itu yang membuat kita mengingatnya nikmat sakit hati. Makan tidak enak, tidur gak nyenyak, buang air besar tak tenteram, gundah gulana tak karuan karena sibuk menikmati dan memikirkan balas dendam. Yes, sweet revenge dude. Seakan hati ini akan lega dan sakitnya tak terhankan akan sirna, bila kita bisa melampiaskan kekesalan dan rasa itu yang disebut sakit hati. Mungkin tidak secara fisik, tetapi kita ingin memberi mereka pelajaran dan tidak mengulangi perbuatan mereka. Dengan cara membalasnya yang setimpal.

Tapi, setelah beberapa pengalaman saya dengan hal-hal seperti itu. Ditambah saya kepoin orang-orang. Apasih yang bikin mereka sakit hati, dll, dsb, dttbl(dan tetek bengek lainnya). Alasan yang beragam, dan kebanyakan ingin 'membalas' dendam dan sakit hatinya itu. Saya menemukan, berarti bukan menemukan baru. Tapi menemukan sesuatu yang hilang, atau luput kita sadari. Bahwa cara membalas dendam yang paling baik, adalah hidup bahagia. Orang yang membuat sakit hati kita ini, ingin melihat kita kesakitan dan sengsara. Jangan kita beri memenuhi keinginan mereka, kita tunjukkan kita bahagia meski tindakan mereka buruk. Jangan habiskan perhatian kita meratapi masa lalu. Kehidupan yang kita dapatkan dan kebahagiaan yang kita fokuskan di tempat lain, cukup untuk menutup luka itu. Tanpa harus membalas dendam. Hey, kebayang gak? Susah emang, kalau belum pernah merasakan sakit hati yang luar biasa..hahaha

Kebetulan saya punya Al Quran, meskipun saya belum mengerti banyak dan belum bisa 'membaca' secara cermat. Tapi saya menemukan petikanNya di An-Nahl : 126. Saya gak akan nulis disini, silakan buka Al-Qurannya. Saya bukan ustad atau orang alim, maklum cupu tingkat sotoy. Sekalian kalian buka itu kitab, daripada dipajang saja di lemari. #jleb. Jadi menurut kitab bacaan yang mulia itu, Obat sakit hati adalah tak membalas, dan kemudian memaafkan. Kita memang diper'boleh'kan membalasnya, sesuai kadarnya. Tetapi yang paling baik adalah menahan diri, untuk kemudian memaafkan. Hey, itu firman Tuhan. Bagi yang percaya silakan, bagi yang tidak silakan.

Pertama, kita sadari perbuatan mereka salah. Bagi anggapan kita, bagi mereka entah. Tapi kita tengok lagi ke dalam diri kita. Jika mereka menyakiti hati kita, apakah kita pernah menyakiti hati orang lain? Apa yang terjadi, bila dunia ini merupakan lingkaran tak terputus dari aksi saling balas dendam, sikut menyikut, pukul-pukulan?! Kedua, kita bungkus sakit hati itu lalu buang saja, lupakan. Membalasnya, tidak membuat baik. Malah membuat buruk. Berarti kita sama saja dengan mereka, kita telah berubah menjadi mereka. Memaafkan mereka lebih baik dan mulia. Sebab jika tidak memaafkan, luka itu justru semakin dalam, semakin berkepanjangan dan semakin mengarat di hati. Dengan tidak memaafkan, kita telah merajut kepedihan terus menerus, antara kita dan mereka.

Anda punya Tuhan kan ? Saya tak menanyakan 'apa' Tuhan Anda. Tapi Anda setidaknya harus punya keyakinan, bahwa ada yang akan mengurus ini semua. Diluar kekuasaan dan kemampuan Anda. Menahan diri itu merupakan tingkat manusia 'ultra high'. Manusia diberi kebebasan dan free will, tetapi kita malah memilih menahan diri. Mantap kan ? Kita bisa menguasai diri kita. Jadilah orang yang pemaaf, tapi bukan berarti seperti mpok siapa itu di 'Bajaj Bajuri', yang selalu ngomong maaf kalau ada apa-apa. Wah sudah lupa saya, maaf..hehe.

Wah, susah ya memaafkan ? Harus menjadi orang yang mendekati 'suci' dan 'kudus' ? Ah, tidak. Manusia semua punya potensi itu. Tinggal bagaimana kita ingin hidup bahagia atau tidak. Sebab memaafkan tidak lahir, kecuali dari orang yang bahagia.

Selamat berbahagia, selamat memaafkan. Sebelum lebaran, sebelum dimakamkan. Sekian..