18/01/2014

Orang Ketiga

Orang ketiga ? Sering kita dengar dalam perjalanan, mitos jangan berjalan dalam jumlah yang ganjil. Dalam pendakian bahkan sangat kental, segan untuk melakukan pendakian dalam jumlah ganjil. Ya, itu hanya mitos. Tetapi tidak juga, alasan kenapa jangan ganjil itu bisa masuk akal secara emosional.

Bila kita melakukan suatu hal, misal pendakian. Dengan jumlah yang ganjil, maka akan ada satu orang tanpa 'pasangan'. Biasanya orang tersebut akan kehilangan 'rekan' berbincang dan akhirnya melamun, lalu ya itu hal-hal yang tidak diinginkan dalam pendakian bila kamu kurang konsentrasi dan kesadaran bisa menjadi nyata. Jadi, setidaknya buatlah percakapan untuk satu rombongan, bukan per kelompok / pasang.
Dari ibnu Mas’ud Radiyallahu’anhu ia berkata: Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam bersabda: “Jika kamu sedang bertiga maka janganlah dua orang berbisik-bisik tanpa melibatkan yang satunya, hingga berbaur dengan banyak orang  karena yang demikian itu membuatnya resah”. (Muttafaqun ‘alaih dan lafadznya milik  Muslim ) - Sumber

Ternyata hal ini juga berlaku dalam tiap hal yang berkelompok, jika jumlahnya ganjil. Sama, kemungkinan ada satu orang yang akan merasa 'tersisihkan'. Hal ini jarang kita sadari, saya sendiri menyadari ini dari pengalaman akhir-akhir ini. Bila 2 orang dalam kelompok ini terlalu akrab, orang ketiga ini akan merasa terpinggirkan. Kita harus peduli, dengan jumlah yang ganjil ini. Saya dalam kesempatan memimpin suatu hal, selalu mencoba mendelegasikan tugas tidak sendiri, tetapi berpasangan. Tetapi masing-masing memiliki fokus yang berbeda, namun sama lingkupnya. Saya juga tidak akan menunjukkan keakraban pada orang khusus, tetapi ya semua diperlakukan setara akrab. Tujuannya, ya agar tidak merasa disisihkan.

Cobalah kalian amati dalam hal organisasi atau lain-lain, dekati orang yang 'tersisihkan'. Mungkin perlakuan kita ini tak adil dalam hal-hal yang ganjil.

Salam satu jari !