09/06/2010

Skenario Evolusi Manusia

Tulisan ini merangkum bagian buku "Evolution Deceit" karya Harun Yahya. Tulisan ini sebagai bahan referensi bagi Saudara, pemahaman serta kepercayaan Anda adalah hak pribadi.

***
Sebelum melangkah ke bagian terperinci dari mitos evolusi manusia, perlu disebutkan metode propaganda yang telah meyakinkan masyarakat umum tentang gagasan bahwa di masa lampau pernah hidup makhluk separo manusia - separo kera. Metode propaganda ini menggunakan "rekonstruksi" yang dibuat berdasarkan fosil-fosil. Rekonstruksi yang dimaksud adalah pembuatan gambar atau model makhluk hidup berdasarkan sepotong tulang - kadangkala hanya berupa fragmen - yang berhasil digali. "Manusia kera" yang kita lihat dalam surat kabar, majalah, atau film semuanya adalah hasil rekonstruksi. Fosil-fosil biasanya tidak tersusun dan tidak lengkap. Karenanya, rekaan apa pun yang didasarkan padanya cenderung sangat spekulatif. Kenyataannya, evolusionis mengarang cerita yang sangat tidak masuk akal sehingga untuk satu tengkorak yang sama, mereka bahkan menggambarkan wajah-wajah yang berbeda.

Kita melihat bahwa di alam tidak ada mekanisme yang menyebabkan makhluk hidup berevolusi. Makhluk hidup muncul bukan akibat proses evolusi, melainkan secara tiba-tiba dalam bentuk yang sempurna. Mereka diciptakan sendiri-sendiri. Oleh karena itu, jelaslah bahwa "evolusi manusia" juga merupakan sebuah kisah yang tidak pernah terjadi.

SILSILAH IMAJINER MANUSIA

Darwinis menyatakan bahwa manusia modern saat ini berevolusi dari makhluk serupa kera. Menurut mereka, selama proses evolusi yang diperkirakan berawal 4-5 juta tahun lalu, terdapat beberapa "bentuk transisi" antara manusia modern dan nenek moyangnya. Menurut skenario yang sepenuhnya rekaan ini, terdapat empat "kategori" dasar:

1. Australopithecus
Australopithecus, kategori pertama, berarti "kera dari selatan". Makhluk ini diduga pertama kali muncul di Afrika sekitar 4 juta tahun lalu dan hidup hingga 1 juta tahun lalu. Australopithecus memiliki beberapa kelas. Evolusionis berasumsi bahwa spesies Australopithecus tertua adalah A. afarensis. Setelah itu muncul A. africanus, yang memiliki kerangka lebih ramping, dan kemudian A. robustus, yang memiliki kerangka relatif lebih besar. Sedangkan untuk A. boisei, sejumlah peneliti menganggapnya spesies yang berbeda dan sebagian lagi menggolongkannya dalam sub spesies dari A. robustus.
Semua spesies Australopithecus adalah kera yang sudah punah dan menyerupai kera masa kini. Ukuran tengkorak mereka sama atau lebih kecil dari simpanse yang hidup di masa sekarang. Terdapat bagian menonjol pada tangan dan kaki mereka yang digunakan untuk memanjat pohon seperti simpanse zaman sekarang, dan kaki mereka memiliki kemampuan menggenggam dahan. Mereka bertubuh pendek (maksimum 130 cm) dan seperti simpanse masa kini, Australopithecus jantan lebih besar dari Australopithecus betina. Sekian banyak karakteristik seperti detail pada tengkorak, kedekatan kedua mata, gigi geraham yang tajam, struktur rahang, lengan yang panjang, kaki yang pendek, merupakan bukti bahwa makhluk hidup ini tidak berbeda dengan kera zaman sekarang.

2. Homo habilis
1. Fosil-fosil yang dikatakan sebagai Homo habilis sebenarnya tidak termasuk kelas "homo", atau manusia, tetapi kelas Australopithecus, atau kera.

2. Baik Homo habilis maupun Australopithecus adalah makhluk hidup yang berjalan membungkuk, dan karenanya memiliki kerangka kera. Mereka tidak memiliki hubungan apa pun dengan manusia.

3. Homo erectus
Mari kita terlebih dulu mengkaji Homo erectus, yang dikatakan sebagai spesies manusia paling primitif. Kata "erect" berarti "tegak", maka "Homo erectus" berarti "manusia yang berjalan tegak". Evolusionis harus memisahkan manusia-manusia ini dari yang sebelumnya dengan menambahkan ciri "tegak", sebab semua fosil Homo erectus bertubuh tegak, tidak seperti spesimen Australopithecus atau Homo habilis. Jadi, tidak terdapat perbedaan antara kerangka manusia modern dan Homo erectus.
Spesimen Homo erectus paling terkenal dari Afrika adalah fosil "Narikotome homo erectus" atau "Anak Lelaki Turkana", yang ditemukan dekat danau Turkana, Kenya. Dipastikan bahwa fosil tersebut milik seorang anak laki-laki berusia 12 tahun, yang mungkin akan mencapai tinggi dewasa 1,83 meter. Struktur kerangka yang tegak dari fosil tidak berbeda dengan manusia modern. Mengenai ini, seorang ahli paleoantropologi Amerika, Alan Walker, meragukan kemampuan ahli patologi kebanyakan untuk membedakan kerangka fosil tersebut dengan kerangka manusia modern." Tentang tengkorak tersebut, Walker berkata bahwa "tengkorak itu tampak sangat mirip dengan Neandertal". Neandertal adalah ras manusia modern / Homo Sapiens. Jadi, Homo erectus adalah ras manusia modern juga.
Terdapat jurang pemisah yang lebar antara Homo erectus, suatu ras manusia, dan kera yang mendahului Homo erectus dalam skenario "evolusi manusia" (Australopithecus, Homo habilis). Ini berarti bahwa manusia pertama muncul secara tiba-tiba dalam catatan fosil dan tanpa sejarah evolusi apa pun. Hal ini sudah cukup jelas mengindikasikan bahwa mereka diciptakan.

4. Homo sapiens / Neandertal
Dalam skema evolusi rekaan, Homo sapiens kuno adalah tahapan terakhir sebelum manusia modern. Pada kenyataannya, evolusionis tidak dapat berkata banyak tentang manusia ini, karena hanya ada sedikit perbedaan antara mereka dengan manusia modern. Sejumlah peneliti bahkan mengatakan bahwa representasi ras ini masih hidup hingga sekarang, dan merujuk kepada orang Aborigin di Australia sebagai contoh. Seperti Homo sapiens, orang Aborigin juga memiliki alis tebal yang menonjol, struktur rahang miring ke dalam dan kapasitas tengkorak sedikit lebih kecil. Di samping itu, sejumlah penemuan penting mengisyaratkan bahwa manusia semacam itu pernah hidup di Hongaria dan di beberapa desa di Italia hingga beberapa waktu lalu.

Satu lagi temuan penting yang membuktikan bahwa tidak mungkin ada silsilah keluarga di antara spesies yang berbeda-beda ini adalah: spesies yang ditampilkan sebagai nenek moyang dan penerusnya ternyata hidup bersamaan. Jika anggapan evolusionis benar bahwa Australopithecus berubah menjadi Homo habilis dan kemudian berubah menjadi Homo erectus, maka seharusnya mereka hidup pada era yang berurutan. Akan tetapi, tidak ada urutan kronologis seperti itu. Menurut perkiraan evolusionis, Australopithecus hidup dari 4 juta - 1 juta tahun lalu. Sedangkan makhluk hidup yang digolongkan Homo habilis diduga hidup hingga 1,9-1,7 juta tahun lalu. Homo rudolfensis, yang dianggap lebih "maju" daripada Homo habilis, diketahui berusia sekitar 2,8-2,5 juta tahun! Dengan kata lain, Homo rudolfensis hampir 1 juta tahun lebih tua dari Homo habilis, sang "nenek moyang". Di lain pihak, periode Homo erectus adalah sekitar 1,8-1,6 juta tahun lalu. Artinya, spesimen Homo erectus muncul di bumi pada selang waktu sama dengan Homo habilis, yang disebut sebagai nenek moyangnya .

KEBUNTUAN BIPEDALISME BAGI EVOLUSI

Terlepas dari catatan fosil yang telah kita diskusikan, lebarnya jarak perbedaan anatomis antara manusia dan kera juga menggugurkan cerita rekaan evolusi manusia. Salah satu perbedaan ini berhubungan dengan cara berjalan. Manusia berjalan tegak dengan kedua kakinya. Suatu cara bergerak yang sangat unik dan tidak didapati pada spesies-spesies lain. Sebagian hewan memang memiliki kemampuan terbatas untuk bergerak sembari berdiri dengan kedua kaki belakangnya. Hewan seperti beruang dan monyet terkadang bergerak seperti ini ketika hendak menggapai makanan, dan hanya selama beberapa saat. Normalnya, kerangka mereka condong ke depan dan mereka berjalan dengan empat kaki.

Lalu kemudian, apakah bipedalisme merupakan hasil evolusi dari cara berjalan monyet yang kuadripedal seperti yang diklaim evolusionis? Tentu saja tidak. Penelitian telah menunjukkan bahwa evolusi bipedalisme tidak pernah dan tidak mungkin terjadi. Pertama, cara berjalan bipedal bukan suatu keuntungan. Cara monyet bergerak lebih mudah, lebih cepat dan lebih efisien daripada cara berjalan bipedal manusia. Manusia tidak dapat meloncat dari satu pohon ke pohon lain tanpa menyentuh tanah seperti simpanse, atau berlari dengan kecepatan 125 km/jam seperti cheetah. Sebaliknya, karena manusia berjalan dengan kedua kakinya, ia bergerak jauh lebih lambat di atas tanah. Untuk alasan yang sama, manusia adalah salah satu spesies yang paling tidak terlindung di alam, jika ditinjau dari gerakan dan pertahanan. Menurut logika evolusi, monyet seharusnya tidak berevolusi mengambil cara berjalan bipedal. Sebaliknya, manusialah yang seharusnya berevolusi menjadi kuadripedal.

Kebuntuan lain dari klaim evolusi adalah bahwa cara berjalan bipedal tidak sesuai dengan model "perkembangan bertahap" Darwinisme. Model ini, yang menjadi dasar evolusi, mengharuskan adanya suatu cara berjalan "gabungan" antara cara berjalan bipedal dan kuadripedal. Tetapi penelitian komputer yang dilakukan Robin Crompton, seorang ahli paleoantropologi Inggris pada tahun 1996 menunjukkan bahwa "gabungan" ini mustahil terjadi. Crompton mencapai kesimpulan berikut ini: Mahluk hidup hanya dapat berjalan tegak, atau dengan keempat kakinya. Cara berjalan setengah-setengah antara bipedal dan kuadripedal sangat menguras energi. Itu sebabnya tidak mungkin ada makhluk setengah bipedal.


Selain data-data yang telah dipaparkan, masih ada pertanyaan yang harus dijawab dalam evolusi manusia. Empat misteri yang paling membingungkan tentang manusia adalah: 1) mengapa mereka berjalan dengan dua kaki? 2) mengapa mereka kehilangan seluruh bulu? 3) mengapa mereka mengembangkan otak yang besar? 4) mengapa mereka belajar berbicara dan berbahasa?. Apakah ada penjelasan secara ilmiah dan historis mengenai pertanyaan tersebut, kita semua menjawab "Kita belum tahu."
****

Tulisan ini menambah informasi dari tulisan saya sebelumnya mengenai "Evolutionism vs Creationism". Sebagai pertimbangan, tidak selamanya informasi yang kita terima itu benar. Kita juga harus berpikir kritis, kita dianugerahi akal untuk berpikir. Sekali lagi, pemahaman dan kepercayaan itu hak pribadi. Sama-sama kita saling bertukar pikiran dan berpikir terbuka. Saya harap tulisan ini membuka pikiran Anda..